Tak terbatas kuasa-Mu Tuhan
Semua dapat Kau lakukan
Apa yang kelihatan mustahil bagiku
Itu sangat mungkin bagi-Mu
Di saat ku tak berdaya
Kuasa-Mu yang Sempurna
Ketika ku percaya
Mujizat itu Nyata
Bukan karna kekuatan
Namun roh-Mu ya Tuhan
Ketika ku berdoa
Mujizat itu Nyata
Yahh lagu Mujizat itu Nyata benar benar mewakili kehidupanku saat ini.. Tanggal 15 September 2014 kemarin bener bener salah satu hari yang penting buat aku, karena student visa buatku sekolah di Melbourne-Australia itu keluar, setelah penantian dan perjuangan yang sangaaaaattt panjang..
Sebenernya awal dari keinginanku sekolah di luar negeri itu berasal dari kegagalanku sekolah di Singapore waktu SD seperti yang pernah kuceritakan di salah satu artikelku tentang kepahitanku saat masih SD dulu.. Setelah aku mulai masuk SMA, keinginan untuk sekolah di luar negeri mulai muncul, saat itu aku pingin ke Australia atau Jerman, makanya waktu itu aku les bahasa jerman, meskipun akhirnya nggak jadi pergi dan sekarang hampir semua kosakata bahasa jerman mulai terkikis dari otakku..
Waktu itu mama pingin aku ambil sekolah kedokteran, sedangkan aku maunya ya kalo ndak arsitektur, ya kedokteran.. Tergantung yang mana.. Nah kalo kedokteran ya harus ambil di dalam negeri donk.. Waktu itu aku udah keterima di beberapa universitas kedokteran seperti: Universitas Maranata, Trisakti dan Universitas Negeri Brawijaya Malang (yang paling deket), tapi karena mamaku maunya aku masuk Unair Surabaya dan ternyata gagal, akhirnya aku pun masuk Universitas Kristen Petra jurusan Arsitektur deh.. hahahaha.. Boro boro sekolah luar negeri, uang buat kuliah dibikin muter duit kongsi sama papaku di China..
Ternyata sebelum aku lulus pun uang buat kuliah udah habis ditilep sodara.. Akhirnya aku pun bisa lulus tepat waktu, lalu langsung kerja.. Nah waktu di kerjaan ini sebenernya aku dapet kesempatan buat sekolah lagi.. Pimpinan Proyek-ku merekomendasikan diriku untuk disekolahkan lagi ke Jakarta kepada Direktur Utama di Intiland saat itu.. Tapi sayangnya waktu itu aku udah bilang "I do" waktu diminta menikah oleh Ivan, selepas mengerjakan proyek Spazio Surabaya, jadi kesempatan untuk sekolah lagi pun melayang begitu aja..
Tapi ternyata Tuhan sudah menyediakan jalan yang lebih indah buatku.. Di saat udah merasa nggak mungkin buat sekolah lagi karena udah menikah, dan lagi akhirnya hamil.. Tiba tiba temanku, Suheri, yang udah lebih dulu sekolah di RMIT Melbourne datang pada Oktober 2013, waktu itu aku hamil 5 bulan.. Aku dan Ivan yang ketemuan sama Suheri ini dapet cerita tentang Australia banyak banget dan mendapat pencerahan buat bisa sekolah lagi ke luar negeri atas biaya sendiri.. Karena pengennya kan for good, jadi kita nggak ngambil jalan beasiswa ADS gitu..
Setelah itu akhirnya aku dan Ivan hunting ke beberapa agen pendidikan di Surabaya yang bisa membuatkan visa.. Di agen pertama kami merasa kurang yakin, karena mereka meminta rekening sponsor yang jumlahnya terlalu tinggi.. Waktu itu aku mulai putus asa, sedangkan suamiku masih gigih mencari.. Akhirnya ketemulah aku dengan agenku yang ini di Jubilee Surabaya, karena mereka bisa menguruskan e-visa dengan rekening sponsor yang lebih masuk akal.. Lah meskipun masuk akal tapi ya tetep aja kita kan perlu sponsor.. Karena semua uang kami kan terinvestasi dalam bentuk rumah dan mobil, dicairkan pun juga belum segitu jumlahnya.. Orang tua pun awalnya nggak setuju kita pergi karena aku mau punya baby.. Butuh waktu yang sangaaat lama sampai akhirnya mereka pun memberi restu, dengan bantuan beberapa pihak seperti Lek dan Om Haik, Ce Lily, Pak Yacob dan Rebecca, akhirnya kami pun dapat mulai memproses visa..
Oh ya, sebelum visa diproses, waktu itu aku lagi hamil 7 bulan, aku tes penerimaan masuk.. Kalo goal di penerimaan itu, nanti gak perlu tes ielts lagi, dan letter of offer pun dapat keluar lebih cepat.. Ternyata dengan penyertaan Tuhan dalam tes, beserta rejeki yang dibawa dari anak, aku pun bisa lulus tes dengan hasil memuaskan.. Lalu sebulan setelah anak kami lahir, mulailah kami menjual properti kami, seperti rumah yang baru kami tempati setahunan ini.. Iyalah kami perlu menjual rumah kami ini untuk bayar uang sekolah, asuransi OSHC dan uang sangu kami selama disana beberapa bulan pertama di Australia.. Lah kalau semua properti udah dijual, tiket udah dibeli, lalu visa nggak keluar bagaimana? Nah itulah yang namanya IMAN, bila kita punya iman sebesar biji sesawi bisa memindahkan gunung, maka hal itu kami terapkan disini..
Sebenernya awal dari keinginanku sekolah di luar negeri itu berasal dari kegagalanku sekolah di Singapore waktu SD seperti yang pernah kuceritakan di salah satu artikelku tentang kepahitanku saat masih SD dulu.. Setelah aku mulai masuk SMA, keinginan untuk sekolah di luar negeri mulai muncul, saat itu aku pingin ke Australia atau Jerman, makanya waktu itu aku les bahasa jerman, meskipun akhirnya nggak jadi pergi dan sekarang hampir semua kosakata bahasa jerman mulai terkikis dari otakku..
Waktu itu mama pingin aku ambil sekolah kedokteran, sedangkan aku maunya ya kalo ndak arsitektur, ya kedokteran.. Tergantung yang mana.. Nah kalo kedokteran ya harus ambil di dalam negeri donk.. Waktu itu aku udah keterima di beberapa universitas kedokteran seperti: Universitas Maranata, Trisakti dan Universitas Negeri Brawijaya Malang (yang paling deket), tapi karena mamaku maunya aku masuk Unair Surabaya dan ternyata gagal, akhirnya aku pun masuk Universitas Kristen Petra jurusan Arsitektur deh.. hahahaha.. Boro boro sekolah luar negeri, uang buat kuliah dibikin muter duit kongsi sama papaku di China..
Ternyata sebelum aku lulus pun uang buat kuliah udah habis ditilep sodara.. Akhirnya aku pun bisa lulus tepat waktu, lalu langsung kerja.. Nah waktu di kerjaan ini sebenernya aku dapet kesempatan buat sekolah lagi.. Pimpinan Proyek-ku merekomendasikan diriku untuk disekolahkan lagi ke Jakarta kepada Direktur Utama di Intiland saat itu.. Tapi sayangnya waktu itu aku udah bilang "I do" waktu diminta menikah oleh Ivan, selepas mengerjakan proyek Spazio Surabaya, jadi kesempatan untuk sekolah lagi pun melayang begitu aja..
Tapi ternyata Tuhan sudah menyediakan jalan yang lebih indah buatku.. Di saat udah merasa nggak mungkin buat sekolah lagi karena udah menikah, dan lagi akhirnya hamil.. Tiba tiba temanku, Suheri, yang udah lebih dulu sekolah di RMIT Melbourne datang pada Oktober 2013, waktu itu aku hamil 5 bulan.. Aku dan Ivan yang ketemuan sama Suheri ini dapet cerita tentang Australia banyak banget dan mendapat pencerahan buat bisa sekolah lagi ke luar negeri atas biaya sendiri.. Karena pengennya kan for good, jadi kita nggak ngambil jalan beasiswa ADS gitu..
Setelah itu akhirnya aku dan Ivan hunting ke beberapa agen pendidikan di Surabaya yang bisa membuatkan visa.. Di agen pertama kami merasa kurang yakin, karena mereka meminta rekening sponsor yang jumlahnya terlalu tinggi.. Waktu itu aku mulai putus asa, sedangkan suamiku masih gigih mencari.. Akhirnya ketemulah aku dengan agenku yang ini di Jubilee Surabaya, karena mereka bisa menguruskan e-visa dengan rekening sponsor yang lebih masuk akal.. Lah meskipun masuk akal tapi ya tetep aja kita kan perlu sponsor.. Karena semua uang kami kan terinvestasi dalam bentuk rumah dan mobil, dicairkan pun juga belum segitu jumlahnya.. Orang tua pun awalnya nggak setuju kita pergi karena aku mau punya baby.. Butuh waktu yang sangaaat lama sampai akhirnya mereka pun memberi restu, dengan bantuan beberapa pihak seperti Lek dan Om Haik, Ce Lily, Pak Yacob dan Rebecca, akhirnya kami pun dapat mulai memproses visa..
Oh ya, sebelum visa diproses, waktu itu aku lagi hamil 7 bulan, aku tes penerimaan masuk.. Kalo goal di penerimaan itu, nanti gak perlu tes ielts lagi, dan letter of offer pun dapat keluar lebih cepat.. Ternyata dengan penyertaan Tuhan dalam tes, beserta rejeki yang dibawa dari anak, aku pun bisa lulus tes dengan hasil memuaskan.. Lalu sebulan setelah anak kami lahir, mulailah kami menjual properti kami, seperti rumah yang baru kami tempati setahunan ini.. Iyalah kami perlu menjual rumah kami ini untuk bayar uang sekolah, asuransi OSHC dan uang sangu kami selama disana beberapa bulan pertama di Australia.. Lah kalau semua properti udah dijual, tiket udah dibeli, lalu visa nggak keluar bagaimana? Nah itulah yang namanya IMAN, bila kita punya iman sebesar biji sesawi bisa memindahkan gunung, maka hal itu kami terapkan disini..
Kamar kami biasa bercanda bersama Jose sepulang suami kerja
Kamar mandi favoritku, tempat poop sambil baca buku hahaha..
Tempat favoritku waktu pagi sambil minum lipton tea hangat
Sofa tempat Jose makan bubur cerelac
Dan sekarang.. aku sedang menghitung hari.. Tuhan telah mengirimkan pembeli yang tepat untuk rumah ini.. Bagaimana tidak? Saudari Yunita yang telah lama mengidamkan punya rumah di perumahanku ini (dengan desain kamar utama yang luas dan penghawaan rumah yang baik) akhirnya berjodoh dengan rumahku ini (yang kudesain sendiri dengan desain yang sesuai harapan saudari Yunita).. Benar-benar rahasia Tuhan yang mengherankan, bukan?
Hari ini H-2 aku meninggalkan rumah, dan menanti keberangkatanku pada bulan Oktober untuk kehidupan yang lebih baik, bersama suamiku.. Anak kami akan menyusul dengan diantar mamaku pada bulan Maret 2015 nanti.. Aku percaya Tuhan telah merancangkan hal yang baik dan sempurna untuk kami.. How Great is Our God.. Just for our better future! :)
Written by: Anita (17-09-2014)
mantab global sevilla school
ReplyDelete