Skip to main content

Kepahitan (Bitterness) Part 1

Kepahitan.. Bila dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka kepahitan itu adalah perihal pahit, kesukaran atau kesusahan. Kepahitan berasal dari kata pahit yang berarti: rasa tidak sedap seperti empedu, atau tidak menyenangkan hati, menyedihkan. Sedangkan bila kita ketik kata bitterness yaitu kepahitan dalam bahasa Inggris pada google search, maka akan keluar pengertian bitterness, yaitu: sharpness of taste, lack of sweetness (rasa yang tajam, sangat kurang manis) atau anger and disappointment at being treated unfairly; resentment (kemarahan dan kekecewaan karena diperlakukan tidak adil; kebencian.

Aku rasa setiap manusia di dunia ini pasti pernah mengalami yang namanya kepahitan dalam tingkat ringan maupun berat, terutama pada orang orang yang telah dewasa. Perjalanan kehidupan yang panjang tentunya tidak mulus bagaikan jalan tol.. Bahkan di jalan tol pun bisa nggak mulus loh sodara sodara, waktu sedang menyetir mobil lewat tol dulu mobilku pernah ketimpa papan penanda kilometer tol yang terbang karena copot.. Meski mulus, di jalan tol pun banyak terjadi kecelakaan.. Begitulah kehidupan.. Padahal di setiap perjamuan kudus bagi umut Kristiani, selalu didahului dengan kata "Buanglah segala kepahitan sebelum kita menjadi satu dengan tubuh Kristus". Mungkin pada menit itu orang bisa melupakan sejenak kepahitannya.. Tetapi bagaimana dengan satu jam kemudian, satu hari, satu bulan, satu tahun kemudian.. Yang namanya manusia pasti punya ingatan.. Ingatan akan kepahitan yang pernah terjadi pun sangat sulit terbuang..


Kepahitan dalam hidupku pun banyak, bahkan aku masih mengingatnya sampai sekarang.. Dan aku tidak malu menceritakannya, karena itu sudah berlalu dan aku telah berhasil melaluinya.. Berikut adalah pengalaman pahit yang menjadi bagian dari kehidupanku:


1. Waktu aku masih balita

Kepahitan pertama dalam hidupku sudah terjadi bahkan di saat aku masih balita.. Almarhum papaku orangnya kalau mendidik anak keras sekali, walaupun aku anak tunggal papaku pun tetap keras.. Aku dibesarkan dengan cara seperti militer.. Aku ingat jelas waktu itu masih berusia 3 tahun malam malam, suster membuatkan aku susu hangat di gelas.. Tanpa sengaja tanganku yang kecil itu tidak kuat mengangkat gelasnya, dan praangg.. Gelasnya pun jatuh bersamaan dengan susu yang tumpah kececeran.. Susterku menjerit karena kaget dan papaku keluar dari kamar.. Aku sudah bilang waktu itu aku nggak sengaja, tapi papaku tetap marah.. Hukuman buat aku saat itu adalah aku diusir dari rumah.. Woww.. lebay kan.. Tapi itu sudah biasa, papaku kalau marah denganku sering memukul.. Untungnya kepalaku ini nggak ikut dipukul karena mama melarang papa memukul kepalaku.. Coba kalau kepala ini ikut dipukul, bisa bisa aku jadi bodoh donk.. Banyak hal yang membuatku tidak dekat dengan papa.. Bahkan sampai akhir hidupnya, aku menyesal tidak pernah bisa dekat dengannya.. Beruntunglah anak anak zaman sekarang sudah ada undang undang anti kekerasan.. Kalau dulu mana ada? Kak Seto masih sibuk dengan Si Komo yang bikin macet Jakarta.. Beda dengan sekarang yang udah mengayomi anak anak.. Coba kalau zaman sekarang berbuat begonooo..





Bisa terkenal and masuk koran lah minimal hehehe.. Tapi meskipun tidak ada undang undang pun aku juga tidak pernah ingin melakukan hal yang sama pada anakku..

2. Waktu masih SD
Waktu itu aku mau masuk kelas 4 SD, saat orang tuaku tiba tiba memutuskan untuk menyekolahkan aku di Singapura.. Aku belum berangkat pun papa udah gembor gembor ke teman teman dan saudara.. Katanya waktu itu kalau aku sekolah di Singapura, nanti bakal tinggal di apartment bersama dengan salah seorang saudara dari mama.. Aku yang waktu itu masih umur 9 tahun ya ho'oh aja, toh pikirku aku bakal sekolah disana bersama saudara.. Akhirnya tibalah hari keberangkatan ke Singapore itu.. Dan ternyata oh ternyata.. Aku tidak diperbolehkan tinggal di apartment saudaraku dengan alasan kamarnya nggak cukup, maka aku pun diarahkan untuk nge-kos aja.. Kos yang dipilihkan pun kos campur.. Jadi di kamar sebelahku itu kamarnya koko koko.. Jiahhhhh.. Hari hari pertama saat ortuku dah balik ke Indo aku masih baik baik aja.. Tapi lama lama kelimpungan donk aku.. Saking kelimpungannya aku ketok kamar si koko sebelah, minta diantar barengan ke sekolah (waktu itu yang cewek cuma aku and asisten rumah tangga yang dari Philipina).. Untung si koko ini baik dan nggak njahilin aku.. 2 minggu setelah keadaanku makin gak menentu aku pun telepon mamaku minta dijemput pulang.. Dan akhirnya papaku pun datang menjemput, lalu aku pulang ke Surabaya lagi, nggak jadi deh skul di Singapore.. Untungnya mamaku sudah daftar kelas 4-nya sekolahku dulu jadi aku bisa tetep lanjut sekolah, coba kalo enggak.. Nah sepulang ke Indo bukan berarti selesai urusan Singapore itu.. Di sesama teman orang tuaku dan sepupu sepupuku julukanku jadi ganti "anak yang nggak jadi sekolah di Singapura itu ya" hahahaha.. Meskipun aku masih umur 9 tahun tapi aku udah punya perasaan kaleee.. Mana papaku dulu justru berang ke aku, bukan sama saudara yang ngibul itu..


3. Waktu aku SMP

Setelah julukan "anak batal sekolah Singapura" itu mulai memudar, sampailah aku di masa SMP.. Masih teringat jelas perkataan guru SD waktu pidato perpisahan dulu "Teman paling tulus itu ya teman waktu SD.. Setelah kalian memasuki dunia SMP, SMA, kuliah dan selanjutnya, akan banyak teman yang kurang tulus karena persaingan, maka siapkanlah mental kalian".. Dan ternyata benar sodara sodara, di masa SMP ini aku mulai belajar, bagaimana teman yang tadinya dekat bisa berubah menjadi lawan karena iri, mulai merasa tersaingi karena kalah cantik, kalah pintar, kalah banyak yang naksir, dan sebagainya.. Sahabat cowok pun bisa menjadi lawan setelah merasa cinta monyetnya ditolak.. Mulai timbul yang namanya fitnah, bullying dan sebagainya.. Masa masa ini terus berlanjut hingga dewasa.. Di situlah aku mulai belajar tentang istilah "friends come and go".. Teman yang tadinya bilang "friend forever" pun bisa mengingkari janjinya.. Teman yang di depan terlihat baik pun bisa menjelek-jelekkan dari belakang..

Tetapi di masa SMP itu menjadi titik balik keimananku, yang tadinya nggak pernah ke gereja dan cuma doa sebelum tidur malam karena mimpi buruk, lalu menjadi remaja yang rajin ke gereja dan mau dibaptis..


4. Waktu aku SMA

Saat SMA ini adalah saat saat di mana aku mulai meng-aktualisasi diriku.. Aku menjadi pengurus remaja di gereja, aku menjadi singer, dancer, pemain drama dan terakhir jadi gitaris persekutuan doa.. Gereja yang kupilih waktu itu gereja kecil, karena itulah mulai dari bapak bapak, ibu ibu dan anak remaja pemuda saling mengetahui satu dengan yang lain.. Sayangnya aku ke gereja sendirian karena orangtuaku bukan beragama Kristen.. Awal awalnya aku menikmati masa ini, sebagai pemudi juga banyak donk yang mendekati.. Tapi lama kelamaan aku mulai merasa, ternyata bukan hanya di lingkungan luar yang penuh dengan sikut menyikut, bahkan di dalam gereja pun ada juga loh yang namanya rasan rasan.. Memang oknum tertentu yang melakukannya.. Dan sayangnya yang membuatku kecewa justru dari adanya Majelis yang ternyata rasis, ketika aku berteman dengan teman teman non Chinese, hal itu menjadi rasan rasan.. walah.. Akhirnya aku pun pindah gereja.. Di situlah aku belajar bahwa, orang tidak bisa hanya di lihat dari covernya saja..

5. Waktu aku kuliah

Waktu itu bencana melanda keluargaku.. Usaha papaku ditipu hingga tak bersisa lagi.. Papaku yang dulunya kerja bisnis terus sepanjang hidupnya, bahkan kalau ada lagu Papa Rock n Roll dulu mungkin aku udah setel lagu itu keras keras.. Iya, setelah sekian lama papaku berbisnis hingga tidak dekat dengan keluarganya, uangnya ludes sodara sodara.. Aku yang kuliah Arsitektur semester menengah lebih itupun berhasil lulus dengan sisa uang peninggalan papa dan usaha mama (my mom is the best!) .. Oh ya, setelah ditipu itu papaku jadi sakit sakitan dan akhirnya meninggal.. Sehingga uang sisa tabungan papa pun terkuras untuk biaya masuk rumah sakit.. Dan, mau tau siapa yang menipu papa? Ya saudara yang dulu pernah membuatku luntang luntung di Singapore itu! Papa juga sih, udah tau dulu orangnya macam gitu, tetep aja mau kongsi.. Tapi asli, orang itu emang TER-LAA-LUUUU! 



Nah.. supaya ceritanya nggak kepanjangan maka postingan ini saya bagi menjadi 2 ya sodara sodara.. Kisah pahitku selanjutnya to be continued  ke part 2.. 



Comments

Popular posts from this blog

Jose's Birth Story

Hai.. Sebenarnya anakku Jose ini udah lahir sejak bulan Maret 2014, tapi karena aku baru tertarik buat nge-blog sekarang, jadinya aku baru nulis sekarang deh.. hehehe.. Oke, kita mulai ceritanya dari waktu Jose masih berupa benih di dalam kantong rahim.. Waktu itu bulan Agustus 2013, udah setengah taon lebih aku married and belum dikasih momongan.. Waktu itu aku iseng buat test pack soalnya aku merasakan gejala mens sejak seminggu yang lalu tapi nggak keluar keluar mens-nya.. Sempat ada bercak di CD tapi tetep aja aku tunggu berhari hari juga enggak bocor.. Akhirnya waktu itu hari sabtu, aku test deh pagi-pagi.. Pikirku sekalian mumpung sabtu, kalo hasilnya positif, bisa langsung ke dokter.. Aaaand.. Jeng jeng!! Dua garis lohhh sodara .. :) Aduh seneng donk ya.. langsung waktu itu aku kasih tau suami yang barusan bangun tidur.. waktu itu dia masih setengah percaya nggak percaya, akhirnya kami putuskan untuk USG hari itu juga ke Siloam Surabaya.. Dan ternyata aku hamil 4 minggu hihi...

Akhirnya kami jadi Permanent Resident Australia

Akhirnyaaaa… Kami sekeluarga mendapatkan permanent residency dari Pemerintah Australia. Satu lagi mujizat Tuhan yang terbesar dalam hidupku. Perjalanan kami untuk mendapatkan PR Australia ini cukup panjang dan berkelok kelok dan dengan kuasa Tuhan, DIA membuat segala sesuatunya indah pada waktuNya. Berawal dari perbincangan saya dengan teman semasa kuliah dulu di tahun 2014, saya dan suami bertekad untuk mendapatkan permanent residency ini. Dan langkah yang kami ambil sebenarnya sangat ekstrem. Saat itu saya sedang hamil Jose. Di bulan ke 7 kehamilan saya, saya mencoba mendaftar di salah satu Institute di Melbourne dan akhirnya diterima di sana. Kami menjual aset kami yang ada di Indonesia untuk terbang ke Melbourne dan memulai hidup sebagai student di sana. Dengan berat hati karena pemegang Student Visa Australia tidak bisa mendapatkan fasilitas Childcare yang harganya bisa mencapai 700ribu rupiah / 60-70 AUD per hari maka kami pun meninggalkan anak kami yang masih bayi yang saat...

Ikatan batin anak dan orang tua yang tinggal terpisah

Setelah 6 bulan nggak pulang ke Indonesia, akhirnya saya pulang juga tanggal 11 April kemarin buat ambil beberapa dokumen, having quality time dengan anak yang harus sementara saya titipkan ke mama dan sekaligus buat merayakan ultah mama. Setelah sekian lama saya bersama suami merantau ke Melbourne dan study disana, ada banyak suka dukanya. Sukanya adalah kami merasa bersyukur bisa merasakan pengalaman yang (mungkin) belum tentu dirasakan oleh orang lain, atau mungkin ada beberapa orang yang sangat ingin merantau dan menimba ilmu di negeri Kangguru tapi belum mendapat pencerahan (seperti saya dulu karena keinginan ini baru tercapai setelah saya menikah dan punya anak). Dukanya.. tentu bisa ditebak! Berpisah dengan anak untuk bekerja dan belajar di sana itu bisa jadi "cemoohan" beberapa orang. Banyak sekali orang yang ketemu dan tau bahwa kami sudah punya anak langsung memberikan judgement " How can you do that??" dan tentu saja itu tidak bisa saya artikan sebagai p...