Skip to main content

Akhirnya kami jadi Permanent Resident Australia

Akhirnyaaaa… Kami sekeluarga mendapatkan permanent residency dari Pemerintah Australia. Satu lagi mujizat Tuhan yang terbesar dalam hidupku. Perjalanan kami untuk mendapatkan PR Australia ini cukup panjang dan berkelok kelok dan dengan kuasa Tuhan, DIA membuat segala sesuatunya indah pada waktuNya.

Berawal dari perbincangan saya dengan teman semasa kuliah dulu di tahun 2014, saya dan suami bertekad untuk mendapatkan permanent residency ini. Dan langkah yang kami ambil sebenarnya sangat ekstrem. Saat itu saya sedang hamil Jose. Di bulan ke 7 kehamilan saya, saya mencoba mendaftar di salah satu Institute di Melbourne dan akhirnya diterima di sana. Kami menjual aset kami yang ada di Indonesia untuk terbang ke Melbourne dan memulai hidup sebagai student di sana. Dengan berat hati karena pemegang Student Visa Australia tidak bisa mendapatkan fasilitas Childcare yang harganya bisa mencapai 700ribu rupiah / 60-70 AUD per hari maka kami pun meninggalkan anak kami yang masih bayi yang saat itu berusia 6 bulan, di Indonesia bersama mama saya.

Bayangkan bagaimana beratnya saya dan suami saat itu merantau di Melbourne saat itu belum lagi ditambah pandangan orang terhadap kami yang katanya “tega amat” meninggalkan anak kami untuk Permanent Residency yang belum tentu kami dapatkan saat itu karena banyaknya persyaratan dari Australian Government.

Titik terang bagi kami mulai datang di kisaran bulan Maret 2015. Saat itu saya sedang “terpukul” dengan ditolaknya visa turis anak saya yang rencananya akan berlibur bersama mama saya ke Melbourne di bulan Maret 2015. Sebenarnya alasan ditolaknya visa anak saya waktu itu dikarenakan salah pilih kategori visa. Jadi buat orang tua yang pegang Student Visa, anaknya juga harus memegang Dependent of Student Visa.. Sayangnya jenis visa tersebut memerlukan asuransi kesehatan yang cukup mehong harganya. Nah karena visa anak ditolak dan gak bisa datang ke Australia saat itu, akhirnya sayalah yang memutuskan pulang  di bulan April waktu ada term break. Mungkin memang jalan Tuhan seperti itu..

Seminggu sebelum kepulangan saya untuk liburan di Indonesia, saya menyempatkan diri untuk mampir ke salah satu Registered Migration Agent di Australia – Migrasia / Austra Servita milik Bapak Paul Tirtha di Victoria Harbour. Ngobrol ngobrol setengah jam, eh ternyata beliau bilang bahwa saya bisa memenuhi syarat untuk jadi PR asal bisa mendapatkan nilai IELTS 7 semua di seluruh aspek. Beliau menyarankan saya untuk mengambil dokumen dokumen saya yang ada di Indonesia seperti Transkrip nilai, silabus S1 Arsitektur dan dokumen pelengkap pengalaman kerja waktu di Intiland dulu. Jadi waktu kepulangan saya selama 2 minggu saat itu saya pergunakan sebaik baiknya untuk mengumpulkan beberapa dokumen pendukung. Dengan bantuan teman semasa kuliah dulu yang bapaknya dosen untuk mengambil copy silabus Universitas dan dengan bantuan atasan saya waktu kerja di Intiland dulu, saya berhasil membawa dokumen dokumen penting untuk diajukan pada Vetassess Skill Assessment.

Di akhir tahun 2015, saya mendapatkan kabar gembira bahwa Skill Assessment saya positif. Itu berarti saya punya waktu 3 tahun untuk mengerahkan seluruh kemampuan demi mendapat nilai 7 each IELTS yang saya kira waktu itu nggak begitu sulit. Di akhir tahun 2015 itu akhirnya juga saya bisa berkumpul kembali dengan anak saya, yang waktu saya tinggalkan masih bayi  6 bulan dan saat berkumpul kembali dia sudah hampir berusia 2 tahun.

Ternyata eh ternyata, butuh waktu setahun (lebih sedikit) lamanya buat saya bisa mendapatkan nilai 7 each di IELTS. Inilah masa masa paling nggak jelas dalam hidup saya. Antara stress karena nilainya kebanyakan cuma kurang 0.5 point di salah satu komponen saja dari 4 komponen, sampai ketakutan kalau saya ternyata nggak bisa dapat 7 each dan peraturan PR Australia berubah. Akhirya lewat bantuan Yang Maha Kuasa saya berhasil mendapat nilai yang saya inginkan di bulan Januari 2017 dan segeralah saat itu juga saya submit Expression of Interest untuk menjadi PR Australia.

Bulan Februari 2017 saya mendapatkan invitation dari Pemerintah Australia dan pada bulan Maret 2017 saya bayar semua biaya visa untuk sekeluarga – saya, suami dan anak. Lalu hari hari selanjutnya kami isi dengan doa dan terus menunggu. 5 bulan menunggu akhirnya surat grant yang diidam-idamkan datang juga. 22 Agustus 2017 sore sore saya mendapatkan email bahwa PR saya diterima!



Terimakasih Tuhan untuk anugrah terindah dalam kehidupan saya sebelum saya berusia 30 tahun.. Perjuangan saya dan suami selama ini terbayar lunas. Waktu-waktu di mana kami meninggalkan anak kami tercinta Jose untuk mengejar PR ternyata tidak sia-sia. Kami tahu perjuangan kami belum selesai sampai di sini saja dan kami akan terus berdoa dan berusaha.. Just for our better future!


Written by: Anita (25-08-2017)

Comments

  1. Halo Mbak salam kenal nama saya Andin. Saya mau tanya2 juga utk mendapatkan visa PR subclass 189 ini. Kebetulan saya lulusan RMIT University, lalu lanjut menggunakan work and holiday visa, saat ini sudah balik ke Indonesia. Pada saat mbak apply PR apakah menggunakan jasa agent untuk mengurus atau mengurus sendiri? Boleh tau contact agent yg terpercaya ya mbak? Terima kasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mba Andin.. salam kenal juga.. terimakasih sudah mampir ke blog saya.. Saya pakai agent mba.. ini link nya http://migrasiaustralia.com/registered-migration-agents.aspx
      Mba coba email langsung ke migrasia@gmail.com (Pak Paul Tirtha)
      Konsultasi awal free 2 tahun lalu mba..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jose's Birth Story

Hai.. Sebenarnya anakku Jose ini udah lahir sejak bulan Maret 2014, tapi karena aku baru tertarik buat nge-blog sekarang, jadinya aku baru nulis sekarang deh.. hehehe.. Oke, kita mulai ceritanya dari waktu Jose masih berupa benih di dalam kantong rahim.. Waktu itu bulan Agustus 2013, udah setengah taon lebih aku married and belum dikasih momongan.. Waktu itu aku iseng buat test pack soalnya aku merasakan gejala mens sejak seminggu yang lalu tapi nggak keluar keluar mens-nya.. Sempat ada bercak di CD tapi tetep aja aku tunggu berhari hari juga enggak bocor.. Akhirnya waktu itu hari sabtu, aku test deh pagi-pagi.. Pikirku sekalian mumpung sabtu, kalo hasilnya positif, bisa langsung ke dokter.. Aaaand.. Jeng jeng!! Dua garis lohhh sodara .. :) Aduh seneng donk ya.. langsung waktu itu aku kasih tau suami yang barusan bangun tidur.. waktu itu dia masih setengah percaya nggak percaya, akhirnya kami putuskan untuk USG hari itu juga ke Siloam Surabaya.. Dan ternyata aku hamil 4 minggu hihi...

Ikatan batin anak dan orang tua yang tinggal terpisah

Setelah 6 bulan nggak pulang ke Indonesia, akhirnya saya pulang juga tanggal 11 April kemarin buat ambil beberapa dokumen, having quality time dengan anak yang harus sementara saya titipkan ke mama dan sekaligus buat merayakan ultah mama. Setelah sekian lama saya bersama suami merantau ke Melbourne dan study disana, ada banyak suka dukanya. Sukanya adalah kami merasa bersyukur bisa merasakan pengalaman yang (mungkin) belum tentu dirasakan oleh orang lain, atau mungkin ada beberapa orang yang sangat ingin merantau dan menimba ilmu di negeri Kangguru tapi belum mendapat pencerahan (seperti saya dulu karena keinginan ini baru tercapai setelah saya menikah dan punya anak). Dukanya.. tentu bisa ditebak! Berpisah dengan anak untuk bekerja dan belajar di sana itu bisa jadi "cemoohan" beberapa orang. Banyak sekali orang yang ketemu dan tau bahwa kami sudah punya anak langsung memberikan judgement " How can you do that??" dan tentu saja itu tidak bisa saya artikan sebagai p...