Ini adalah kelanjutan dari kisahku sebelumnya.. Bagi pembaca yang nyasar ke bagian ini sebelum baca part 1-nya, klik aja link itu dulu.. hehehe.. Kisah sebelumnya menceritakan kepahitanku selama masih kecil, sampai masa kuliah.. Di bagian ini aku akan menceritakan kepahitan-kepahitanku selanjutnya..
6. Waktu memasuki dunia kerja
Sebelum aku memperoleh gelar sarjana, kira kira di semester 7 aku mulai bekerja part time sebagai guru les di sebuah bimbel kristen kecil kecilan.. Waktu itu pikirku gajinya bisa dibuat tambahan uang jajan karena uang keluargaku yang habis ditipu ini semakin menipis.. Tanpa belajar dari pengalaman papaku sebelumnya, bagaimana beliau bisa ditipu orang karena tidak memiliki bukti dan surat karena berbisnis berdasarkan kepercayaan belaka, maka aku pun terjatuh di lubang yang sama.. Berbekal kepercayaan karena kupikir pemiliknya seiman denganku, maka aku percaya saja ketika dia menyodorkan Surat Perjanjian Kerja yang menampilkan jam kerjaku, kontrak kerjaku yang setahun lamanya.. (meskipun sebelumnya aku sudah diwanti-wanti mama agar tidak tanda tangan apapun, toh aku menganggapnya sepele).. Beserta denda yang harus dibayar apabila aku melanggar perjanjian.. Waktu itu sudah kubilang kalau semester depan aku skripsi dan jam kerjaku mungkin bisa aku kurangi untuk fokus di skripsi, dia bilang "nggak apa apa, kamu TT aja dulu, soal itu bisa dibicarakan". Karena terburu nafsu untuk mendapatkan tambahan uang jajan maka aku pun menandatanganinya, toh katanya bisa dibicarakan.. Dan ternyata, masalah pun terjadi satu demi satu.. Mulai aku yang nggak cocok dengan cara pemilik bimbel ini mengajar anak didiknya dengan otoriter, hingga puncaknya saat aku mulai masuk skripsi dan meminta untuk mengganti jam kerjaku.. Ternyata kalimat "bisa dibicarakan" itu hanya untuk menjebakku, berikutnya selembar kertas itu dijadikannya alat untuk mengancamku kalau aku melanggar akan membayar denda.. Kuakui itu semua kesalahanku karena terlalu menganggap sepele dan percaya dengan orang yang baru aku kenal.. Bisa ditebak akhirnya aku yang mau meraup untung pun malah buntung.. Beruntung waktu itu ada orang orang yang peduli denganku membantu aku dari cengkraman pekerjaan yang gak cocok blas dengan "merk"nya itu..
Berbekal dengan pengalaman tentang surat perjanjian itupun aku masuk ke dunia kerja yang nyata selepas aku mengantongi gelar Sarjana Teknik Arsitektur.. Waktu itu aku beruntung bisa menjadi tim Spazio Surabaya. Waktu itu aku jadi bagian dari Tim Manajemen Konstruksi pembangunan gedung tersebut yang tahap pertama (tahun 2010-2012). Karena sudah melekat dengan yang namanya Surat Perjanjian itu aku jadi tahu bahwa dalam dunia kerja SPK bisa menjadi alat untuk menekan orang, atau alat untuk berlindung bagi seseorang.. Yah, pengalaman adalah guru terbaik.. Di dunia kerjapun sesama internal bisa berebut untuk mendapatkan posisi puncak, bisa menjelek jelekkan tim yang lain untuk mendapat perhatian dari bos besar.. Beruntung saat itu atasanku sangat baik padaku.. Mulai dari Project Manager, General Manager hingga Director-nya sangat baik.. Waktu aku resign di akhir tahun 2012 karena mau menikah pun para petinggi juga pada datang :)
7. Waktu mengarungi bahtera rumah tangga
Kali ini gangguan berasal dari eksternal, kalau suamiku dan keluarga intinya sih baik sama aku.. Cobaan datang waktu aku habis menikah, uang di tabungan terkuras habis untuk membangun rumah pribadiku dan suami.. Pada saat lagi bokek itulah Lubas, anjing kesayanganku (umur 14 tahun pada 2013) itu keracunan bangkai tikus.. Karena usianya sudah tua, racun itu melemahkan tubuhnya.. Aku dan suami waktu itu sudah membawanya ke Klinik Hewan jalan A.Yani Surabaya.. Lubas berhasil diselamatkan waktu itu, tapi racun terlanjur merusak saraf otak dan lambungnya.. Jadinya dia kalo jalan sempoyongan, diare sepanjang hari dan terkadang beserta muntah.. Hampir sejuta sudah kukeluarkan hingga suamiku sudah mulai angkat tangan.. Dalam keadaan kalut saat itu aku menelepon salah satu "Lembaga yang peduli dengan anjing" di Surabaya, meminta bantuan kalau bisa anjingku ini ditolong, ditampung dan disembuhkan sementara, atau bisa diberi keringanan biaya pengobatan.. Eh, waktu itu si ketua klub ini malah ngamuk ngamuk bilang kalau aku ini pemilik yang tidak bertanggung jawab.. cuman habis segitu saja udah minta bantuan, lah klub ini keluar biaya jutaan untuk merawat anjing anjing dalam penampungannya.. Sumbangan donatur gak cukup dll dsb yang bikin sakit hati.. Kalau misalnya dia tidak bisa menolong ya cukup bilang saja maaf tidak bisa, eh malah aku dikuliahi sodara sodara! Setelah telepon itu aku pun mengirim email berisi saran dan kritik agar tidak seperti itu pada orang yang minta bantuan, toh emailku juga nggak pernah dibalas.. Singkat cerita si Lubas kami rawat seadanya, anjingku pun meninggal di usia ke 14,5 tahun (3 bulan setelah keracunan).
Dalam berumah tangga pun ada juga gangguan orang yang tidak suka melihat kebahagiaan orang lain.. Jika rumah tangga itu bagaikan taman rumput berbunga yang tumbuh subur jika rajin disirami, eh ada aja kucing liar yang pingin ikut ikutan nimbrung dan buang kotoran di atas bunga bungaku yang wangi.. Sayangnya aku nggak suka coklat, jadi tahi kucing rasa coklat itupun terasa sangat tidak enak! Untungnya karena kami rajin menyirami taman rumah tangga kami akhirnya bau kotoran kucing yang mengganggu itu pun mulai hilang.. Orang orang yang kayak begitu itu pantesnya dibeginiin!
Nah demikianlah sekilas cerita kepahitanku dari awal hingga usiaku yang hampir 26 tahun ini.. Meskipun kepahitan itu rasanya PAHIT, tetapi jangan sampai rasa pahit itu kita telan sebagai racun.. Alangkah jauh lebih baik bila rasa pahit itu masuk ke dalam tubuh kita sebagai jamu dan obat kuat.. Bila kita bisa melalui satu kepahitan saat ini, kita akan tambah kuat dan kebal untuk menghadapi kepahitan yang mungkin akan terjadi di masa yang mendatang.. Just for our better future! :)
Note:
- Setiap manusia pernah mengalami keterpurukan.. Pada beberapa poin kepahitanku pun aku pernah merasa terpuruk, gagal dan lain lain.. Tetaplah berdoa pada Tuhan, hanya Tuhan yang bisa memudarkan kepahitan itu.. Dan kalau bisa, saat mengalami kepahitan itu ada baiknya kita tidak terlalu sering berjumpa dengan penyebab kepahitan, setidaknya sampai kita bisa melupakan kejadian itu untuk sementara waktu..
- Buat pihak pihak yang kutulis di sini tanpa menyebut nama, bila emang dikau tidak merasa bersalah, nggak usah sensi ya, stay cool ajah! Bye..
Written by: Anita (19-08-2014)
Comments
Post a Comment