Skip to main content

Cradle Cap, Alergi dan Pengobatannya

Cradle cap atau kerak di kepala bayi adalah salah satu masalah pada kulit bayi.. Jadi kalau ada yang mengira kulit bayi mulus sekali, itu salah besar.. kulit bayi bisa kasap dan pecah pecah, apalagi kalo terkena alergi.. Nah salah satu yang terkena cradle cap dan alergi kulit ini ya anakku sendiri.. Nggak jelas juga apa penyebabnya dan alergi terhadap apa, karena waktu masih newborn sampai umur 3 bulan aku makan apa aja juga nggak apa apa, pakai sabun baby apa aja juga nggak masalah.. Entahlah..

Sebagai flashback, aku mau menceritakan awal mula problem kepala anakku, Jose..

Waktu pertama kali lahir, Jose Sidney Sinardianto berambut hitam dan lumayan banyak, tuh di fotonya.. Rambutnya banyak kan.. Karena dia satu satunya bayi laki laki yang lahir di Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru waktu itu, jadinya aku merasa aman karena bayiku nggak mungkin tertukar karena yang lainnya bayi perempuan (kebanyakan nonton drama kah?!).. Dan karena dia bayi laki laki satu satunya dan punya rambut, jadi banyak suster yang memainkan model rambutnya sehabis mandi, kebanyakan mereka menyisir rambut Jose ala Mohawk hehehe.. yang rocker rocker gitu loh..

Lalu tibalah saatnya perayaan Man Yue (baca: man yek) yaitu perayaan satu bulanan bayi dengan cara menggundul plontos kepalanya (bukan cuma digunting sedikit rambutnya), lalu membagikan kue pada beberapa saudara dan teman dekat..


Ini dia Jose waktu umur sebulan, kulitnya yang putih kemerahan waktu lahir berubah gosong setelah dijemur setiap hari dari jam 7.00 sampai 8.00 pagi (untuk menghindari sakit kuning pada bayi).. Dan rambutnya yang tebal berubah gundul gundul pacul gembelengan.. Kata mamaku sih nggak apa apa, nanti tumbuhnya bakal lebih lebat lagi.. Jadi aku nyantai aja.. Tapiii ternyataaaaa...


Bahkan saat Jose berusia 4 bulan pun dia tetep gunduuullll.. meskipun kulitnya sudah berubah cerah kembali.. Wooo.. kemanakah rambut tebal anakku yang awalnya kukira mirip dengan rambut tebal papanya itu??
Usut punya usut ternyata setelah kuperhatikan, lama lama kulit tubuh anakku berubah kasar dan kadang kemerahan, agak mbentol mbentol.. Keadaan itu kemudian diikuti dengan kulit kepalanya yang mulai kemerahan, bersisik dan terlihat gatal..


Oh oh.. Inikah cradle cap? Karena kebetulan Jose ada jadwal imunisasi rutin di Dr. Andy Darma, Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru, ya udah sekalian konsultasi aja apa yang terjadi pada anakku.. Ternyata sesampainya di dokter, Jose tidak boleh imunisasi dulu karena imunisasinya adalah DPT-HB yang bisa menyebabkan sakit panas pada bayi.. Sebagai informasi, vaksin DPT-HB itu ada 2 macam, yang panas dan yang tidak panas.. Kalau yang panas harganya cuma Rp. 25.000 karena dapat subsidi pemerintah, tetapi kalau yang tidak panas, harganya mencapai Rp. 488.000,- (harga belum termasuk jasa dokter ataupun administrasi rumah sakit).. Yahh.. karena perbedaan harga yang terlalu jauh itulah untuk imunisasi DPT-HB yang pertama aku memakai yang dari pemerintah saja, disertai dengan obat tempra penurun panas bayi.. (waktu itu lagi seret money..).. Nah kali ini aku dilemma memilih yang mana.. Dokter menyarankan untuk menunda imunisasi dan memberikan pantangan makan buatku, jadi nggak boleh makan hewan yang tidak berkaki empat (cuman boleh sapi, kambing, pokoknya yang kakinya empat), nggak boleh makan produk susu sapi (keju, mayones, yogurt), nggak boleh makan telur.. Oh ya for information, Dokter Andy Darma ini pernah ambil course tentang pencernaan anak di Melbourne.. Untuk pengobatan Jose ini kami diberi resep atopiclair (salep untuk alergi di badan yang merah merah) dan disarankan untuk memberi minyak kelapa untuk melembabkan sisik pada kepala Jose.. Sedangkan untuk obat minumnya nggak pakai soalnya kan aku full ASI.. Kecuali kalau bayi yang minum susu formula baru pakai obat itu, karena obatnya musti dicampurkan ke susu botol..

Ternyata hingga 2 minggu kemudian anakku masih belum pulih total.. Kepalanya masih bersisik meskipun bentol bentol di tubuhnya telah mengering.. Kami pun kembali lagi ke dokter dan akhirnya mengambil imunisasi DPT-HB yang nggak panas, seharga Rp. 488.000,- itu hohohoho.. Sayang anak.. Sayang anak.. Daripada jadwal imunisasinya terganggu karena menunggu anakku sembuh total, ya udah kami pun merogoh kocek agak dalam.. Eh anakku Jose ini pas disuntik yang mahal ini nggak nangis blas loh.. Padahal kalo diimunisasi yang lain dia nangis kenceng banget.. Wah hebat kau nak, bisa membedakan barang mahal sama yang enggak.. 

Setelah itu, aku pun browsing untuk memberi pengobatan alternatif untuk meredakan cradle cap, dan memberikan kelembaban pada kulit tubuh anakku yang mengering itu.. Beserta menampung semua saran yang diberikan oleh teman-teman gereja di Jombang.. Dan akhirnya ketemu ini deh sebagai obat andalan yang ampuh!


Atopiclair - ini resep dari Dokter Andy, untuk mengobati kulit di badan yang terkena alergi, harganya sekitar 150-170ribu, tergantung beli di mana..

Esperson - ini saran dari Ibu Gembala GAB, karena anaknya dulu sering merah merah di muka, kadang aku gunakan untuk mengoles bagian merah pada cradle cap yang meradang. Harganya sekitar 115-120ribu..

Lactacyd Baby - jangan yang lactacyd untuk pembersih organ kewanitaan ya! Ini untuk shampoo dan sabun mandi, digunakan sebagai pengganti sabun dan shampoo baby pada umumnya.. Karena nggak ada kandungan detergen-nya (kayaknya Jose juga gak tahan detergen seperti aku), maka shampoo dan sabun lactacyd ini nggak berbusa ya.. Pakailah secukupnya saja karena memang busanya dikiiiit sekali, harganya 20-25ribu..



Yang nggak kalah penting adalah pengobatan secara alami, yaitu:

Minyak kelapa - digunakan setiap bangun pagi, atau bila terlihat kering, bisa untuk kepala dan kulit badan.. (di gambar itu minyak kelapanya lagi beku karena masuk kulkas)

Campuran cuka apel dan seledri - cuka apel ini aku baca dari internet, artikel bahasa inggris, kalau seledri ini adalah saran penumbuh rambut dari teman gereja mertuaku.. Caranya:
- campur 1 sendok makan cuka apel dengan 2 sendok air matang panas (atau kelipatannya),
- ambil seledri secukupnya, remat dengan tangan dan masukkan ke campuran air dan cuka yang masih panas itu supaya keluar sari seledrinya..
- dinginkan terlebih dahulu
- oles ke kepala bayi sekitar 15 menit sebelum mandi keramas

Sarung tangan bayi - Selama menderita cradle cap, bila bayi sudah bisa menggaruk, harap bungkus terlebih dahulu dengan sarung tangan sebelum tidur.. Karena anakku Jose ini bolak balik mencakar kepalanya sendiri sampai berdarah karena gatal, meskipun kukunya sudah dipotong sampai pendek..

Sekalian promosi, sarung tangan bayi dan handuk bayi itu hadiah dari bestfriend-ku Fonny, dia bisa buat bordiran.. (mungkin karena Jose lahir di tahun kuda jadi dia beri handuk dan sarung tangan gambar kuda).. Kalau ada yang tertarik untuk request bordiran, temanku ini bisa buat hehehehe..


Menurutku sarung tangan buatan temanku itu juga pas di Jose, nggak gampang lepas.. Karena kalau sampai lepas waktu tidur malam hari (pakai sarung tangan lain yang lebih tipis), biasanya esok harinya udah ada luka cakaran lagi nih Jose.. Terus pakaikan sarung tangan sampai sembuh total..


Daaaannn.. inilah hasilnya setelah 2 minggu perawatan, baik dengan bantuan salep, sabun khusus, maupun obat alternatif.. Cradle cap hilang dan rambut pun mulai tumbuh kembali.. Yaaaaayy!
Aku cukup puas dengan hasilnya.. Sampai sekarang aku masih meneruskan diet makanan, terutama ayam broiler karena waktu sudah mulus beneran, aku coba makan ayam dan bentol merah di kepala dan badan Jose mampir lagi (sedikit)..
yahh.. merawat bayi itu butuh ketelatenan.. Tapi kalau buat anak, kita harus memberikan yang terbaik, kan?? Semoga ulasan ini bisa membantu sodara sodara yang sedang galau karena cradle cap.. Just for our better future! :)


Written based on Jose's True Story (30-08-2014)



Comments

Popular posts from this blog

Jose's Birth Story

Hai.. Sebenarnya anakku Jose ini udah lahir sejak bulan Maret 2014, tapi karena aku baru tertarik buat nge-blog sekarang, jadinya aku baru nulis sekarang deh.. hehehe.. Oke, kita mulai ceritanya dari waktu Jose masih berupa benih di dalam kantong rahim.. Waktu itu bulan Agustus 2013, udah setengah taon lebih aku married and belum dikasih momongan.. Waktu itu aku iseng buat test pack soalnya aku merasakan gejala mens sejak seminggu yang lalu tapi nggak keluar keluar mens-nya.. Sempat ada bercak di CD tapi tetep aja aku tunggu berhari hari juga enggak bocor.. Akhirnya waktu itu hari sabtu, aku test deh pagi-pagi.. Pikirku sekalian mumpung sabtu, kalo hasilnya positif, bisa langsung ke dokter.. Aaaand.. Jeng jeng!! Dua garis lohhh sodara .. :) Aduh seneng donk ya.. langsung waktu itu aku kasih tau suami yang barusan bangun tidur.. waktu itu dia masih setengah percaya nggak percaya, akhirnya kami putuskan untuk USG hari itu juga ke Siloam Surabaya.. Dan ternyata aku hamil 4 minggu hihi...

Akhirnya kami jadi Permanent Resident Australia

Akhirnyaaaa… Kami sekeluarga mendapatkan permanent residency dari Pemerintah Australia. Satu lagi mujizat Tuhan yang terbesar dalam hidupku. Perjalanan kami untuk mendapatkan PR Australia ini cukup panjang dan berkelok kelok dan dengan kuasa Tuhan, DIA membuat segala sesuatunya indah pada waktuNya. Berawal dari perbincangan saya dengan teman semasa kuliah dulu di tahun 2014, saya dan suami bertekad untuk mendapatkan permanent residency ini. Dan langkah yang kami ambil sebenarnya sangat ekstrem. Saat itu saya sedang hamil Jose. Di bulan ke 7 kehamilan saya, saya mencoba mendaftar di salah satu Institute di Melbourne dan akhirnya diterima di sana. Kami menjual aset kami yang ada di Indonesia untuk terbang ke Melbourne dan memulai hidup sebagai student di sana. Dengan berat hati karena pemegang Student Visa Australia tidak bisa mendapatkan fasilitas Childcare yang harganya bisa mencapai 700ribu rupiah / 60-70 AUD per hari maka kami pun meninggalkan anak kami yang masih bayi yang saat...

Ikatan batin anak dan orang tua yang tinggal terpisah

Setelah 6 bulan nggak pulang ke Indonesia, akhirnya saya pulang juga tanggal 11 April kemarin buat ambil beberapa dokumen, having quality time dengan anak yang harus sementara saya titipkan ke mama dan sekaligus buat merayakan ultah mama. Setelah sekian lama saya bersama suami merantau ke Melbourne dan study disana, ada banyak suka dukanya. Sukanya adalah kami merasa bersyukur bisa merasakan pengalaman yang (mungkin) belum tentu dirasakan oleh orang lain, atau mungkin ada beberapa orang yang sangat ingin merantau dan menimba ilmu di negeri Kangguru tapi belum mendapat pencerahan (seperti saya dulu karena keinginan ini baru tercapai setelah saya menikah dan punya anak). Dukanya.. tentu bisa ditebak! Berpisah dengan anak untuk bekerja dan belajar di sana itu bisa jadi "cemoohan" beberapa orang. Banyak sekali orang yang ketemu dan tau bahwa kami sudah punya anak langsung memberikan judgement " How can you do that??" dan tentu saja itu tidak bisa saya artikan sebagai p...