Skip to main content

Update! (Setelah 3 tahun hiatus nulis blog)

Ha! Nggak kerasa udah 3 tahun aq nggak nulis apa-apa di blog & tulisan terakhirku di blog ini tentang cerita sedih. Sebenernya nggak kepikiran buat nulis lagi sih, tapi belakangan ini beberapa temen lama kontak & tanya gimana kabarku setelah baca blog itu, jadinya sekarang aq update aja-lah.. Apalagi aq nggak seberapa aktif di social media hehehe..

So all, aq baik-baik aja di sini! Meskipun nggak ada ortu lagi, tapi keluarga dari mertuaku baik banget, mama&papa mertua sering whatsapp jadi aq nggak merasa sendirian. Tahun 2019 itu terakhir kali aq, suami & anak balik ke Indo. Pas banget timing-nya, soalnya setelah itu 2020 - covid. Bandara tutup jadi nggak bisa keluar dari Australia.

Tahun 2019 juga kami akhirnya punya rumah sendiri di Australia. Tuhan baik banget kan. Waktu pertama kali mendarat di sini tahun 2014, kami nggak kebayang bisa beli rumah di sini. 

Akhir tahun 2019 aq pindah haluan kerjaan di sini dan Tuhan kasih aq kesempatan untuk kerja di rumah sakit publik di Melbourne. Jadi ceritanya, waktu mama sakit itu, banyak orang-orang dari komunitas gereja Indo di sini yang datang beri penghiburan, jadinya aq terinspirasi juga. Aq mau kerja di tempat yang bisa deket sama orang yang membutuhkan penghiburan gitu. Jadinya sekarang aq kerja di bidang kesehatan (setelah mimpi jadi dokter gagal, karir di dunia kesehatan tercapai juga, meskipun kerjaanku di balik layar nih, bagian management-nya).

Hmm.. update apa lagi ya. Tentang anak, sekarang anakku udah kelas 2. Masih satu anak karena kalo nambah, bingung juga, siapa yang bantu hehehe. Tapi kalau Tuhan kasih ya gak menolak juga, cuman sampai sekarang belum dikasih. Tuhan tau kapasitas kami mungkin ya. Apalagi covid gini, beruntung suami bisa bantu sekolah online di rumah. 

Sementara begini dulu update-nya. Kalau ada hal menarik lagi, mungkin ke-depannya bakalan update blog lagi. Thanks buat temen-temen yang sudah baca. Semoga Tuhan berkati kehidupan kalian :)

Comments

Popular posts from this blog

Ikatan batin anak dan orang tua yang tinggal terpisah

Setelah 6 bulan nggak pulang ke Indonesia, akhirnya saya pulang juga tanggal 11 April kemarin buat ambil beberapa dokumen, having quality time dengan anak yang harus sementara saya titipkan ke mama dan sekaligus buat merayakan ultah mama. Setelah sekian lama saya bersama suami merantau ke Melbourne dan study disana, ada banyak suka dukanya. Sukanya adalah kami merasa bersyukur bisa merasakan pengalaman yang (mungkin) belum tentu dirasakan oleh orang lain, atau mungkin ada beberapa orang yang sangat ingin merantau dan menimba ilmu di negeri Kangguru tapi belum mendapat pencerahan (seperti saya dulu karena keinginan ini baru tercapai setelah saya menikah dan punya anak). Dukanya.. tentu bisa ditebak! Berpisah dengan anak untuk bekerja dan belajar di sana itu bisa jadi "cemoohan" beberapa orang. Banyak sekali orang yang ketemu dan tau bahwa kami sudah punya anak langsung memberikan judgement " How can you do that??" dan tentu saja itu tidak bisa saya artikan sebagai p...

Welcome 2017, Goodbye PTE and IELTS!

Hi, this is my first time to post an article in English.. Sorry for any grammar mistakes which might occur in this article :) I just want to share my horrid experience with PTE and IELTS in 2016. A rough journey, indeed, but Thanks God, I finally made it! I decide to write this in English to help everyone who have a plan to take an English proficiency test for any purposes. As you know, if you want to study abroad or migrate to some English Speaking Countries, like Australia, Canada or England, you definitely have to take this test. You can select the one which suits you best, either PTE or IELTS. IELTS academic for study purposes, and IELTS general for migration (except for teacher or nurse - they do not have any choices but the academic one). My journey to pursue the proficient level, IELTS 7 each or PTE 65 each started at the end of 2015. The meaning of each is I have to get minimum 7 in reading, listening, speaking and writing in IELTS or 65 in PTE Academic. My first choice was...

No Poo - Keramas Tanpa Shampoo

Sudah ada yang pernah dengar tentang No Poo? Keramas tanpa shampoo.. Yang pasti aku bukanlah orang pertama yang melakukan No Poo ini di Indonesia, karena aku udah pernah nemu artikel no poo, seperti  di sini  contohnya (pada artikel ini penulis melakukan low poo, yaitu keramas tanpa shampoo, tetapi masih memakai conditioner) atau  di sini  juga ada (kalo yang ini kayaknya si penulis suka meracik bahan bahan go green) ..  Nah, pada postingan ini aku mau menceritakan pengalamanku melakukan no poo, beserta foto foto pembandingnya.. Perjalanan melakukan no poo ini berawal dari masalah kerontokan rambutku.. Yah, aku dilahirkan dengan rambut yang tidak selebat mamaku, atau suamiku.. Rambutku bentuknya tipis tipis, lemes, kalau potong model sebahu gampang "njepat".. Sudah beberapa tahun terakhir mengalami kerontokan, lalu aku pakai shampoo pantene anti hairfall untuk mengurangi kerontokan.. Tadinya aku pakai 2 hari sekali, sampai akhirnya aku menikah.. Nah suami...